Kamis, 17 Januari 2013

RAMALAN ONLINE




Monitor itu kedap-kedip tatkala Ortez baru terlelap dari tidurnya. Entah mengapa sejak ia mengikuti situs aneh yang lagi promo tersebut, monitornya itu jarang absen diam. Selalu terkadang 2 atau 3 pesan yang selalu diterimanya setiap hari. Awalnya ia senang-senang saja dengan isi pesan tersebut kendati sering heran juga kenapa situs tersebut mengetahui 100% yang ia lakukan.

Siang putri Ortez??
"Hari ini menyenangkan sekali bukan?
Berkenalan dengan cowok keren sebelah kelas.
Dan anda senang berada didekatnya.
Namanya Devo kan?? Suka pakai kemeja
kotak-kotak?? Anda memang pintar memilih.”
       
Terimakasih telah mengikuti situs ini.
Tunggulah hari - hari bersejarah itu.
Memang sebuah alat tukar yang 'CANTIK'.
Mami Kasabian

Ortez cengar-cengir sambil memasang tampang heran memikirkan kenapa ramalan dari situs aneh tersebut yang menyebut dirinya dengan embel-embel 'Mami Kasabian' itu tau semua schedule kegiatannya. Memang benar ia suka sama Devo, dan memang benar Devo doyan pakai kemeja kotak-kotak. Ahhh.... pokoknya semua yang ia tulis di message online itu benar adanya.
Ortez mulai merangkai kata untuk membalas pesan dari situs aneh tersebut. Namun, 1 message lagi datang dan masih dari pengirim yang sama. Sebenarnya Ortez biasa – biasa aja waktu dikasih tau promo ini. Tapi waktu ia lagi asyik surfing di situs – situs lainnya, enggak taunya banyak situs dan link yang muncul saling promo. Akhirnya Ortez yang memang doyan dan ngebet banget sama situs – situs unik ini langsung membeli salah satu situs unik yang bermunculan itu dan menukar registrasinya dengan ‘sesuatu’ yang unik juga.
Putri Ortez yang maniss ?
“Pasti anda sekarang heran kan kenapa saya
bisa mengetahui segala aktivitas anda bukan ?”

Terimakasih telah mengikuti situs ini.
Tunggu sajalah hari – hari bersejarah itu.
Memang sebuah alat tukar yang ‘cantik’.
Mami Kasabian
Dan sekarang, Ortez terlalu lelah dalam menghabiskan waktu untuk membaca pesan – pesan dari situs aneh itu, tiap hari. Sampai situs itu mengirimi ia pesan – pesan yang bikin ia down.
L L
Ortez diam membisu, kepalanya menunduk terungkup. Mulutnya bungkam diam seribu bahasa. Matanya merah sembab. Air matanya tak henti – hentinta turun. Mimi, sahabatnyapun sampai lelah unutuk membujuknya.
                “Udah Tez, kamu gak perlu nangis kayak gitu !” bujuk Mimi sambil mengusap bahu dan rambut Ortez.
                “Gimana aku gak perlu nangis Mi. Saudara aku meninggal, 2 orang lagi. Dn kamu bilang nggak perlu nangis ?” isak Ortez.
                “Mungkin itu udah takdir ! masa kamu percaya sama yang begituan ?” ucap Mimi lagi.
                “Kamu enak ngomong kayak gitu. Kenapa sih mi situs – situs itu selalu tau apa yang aku lakuin ? sampai – sampai dia juga tau kalo sodara aku mati gara – gara gas, api, dan minuman keras !” kata Ortez membentak.

Hai Putri Ortez
“Apa anda masih bisa tersenyum sekarang ?
setelah 2 orang terdekat anda telah mengalami
na’as bersamaan karena gas, api dan minuman keras.”

Terimakasih telah mengikuti situs ini.
Tunggu sajalah hari – hari bersejarah itu.
Memang sebuah alat tukar yang ‘cantik’.
Mami Kasabian

                “Dan kamu tau kan ? sepupu aku Dinda, dia meninggal waktu lagi ngidupin kompor gas dan gasnya meledak. Lau Deo, yang kecelakaan waktu hujan kenceng habis minum – minuman keras. Dan apa sekarang kamu bilang itu cuma takdir ?” ronta Ortez sambil mengguncang badan Mimi. Teman – teman mereka yang berada di labor elit itu melirik jengkel kearah remaja bersahabat itu.
                “Ortez. Hey kamu kenapa kok jadi begini ? kamu dengerin aku yah Tez. Mereka meninggal itu emang karena takdirnya, bukan karna ramalan iseng gak penting itu. Dan kalo memang dia tau palingan Cuma kebutulan doang..”
                “Mimi please L sejauh ini kamu bilang Cuma kebetulan ?? Mimi, 2 orang sodara ku meninggal karena sebab yang sama persis kayak yang di bilang situs itu. Dan kamu bilang itu Cuma kebetulan ?? “ nada kesal keluar dari mulut Ortez. Ia menggeser kesamping agar Mimi dapat melihat pesan – pesan darai situs aneh itu. Ia membuka inboxnya satu persatu, ia perlihatkan kebenaran kata – kata situs itu kepada Mimi.
                Dan kamu tau kan pesan – pesan itu selalu benar. Sama sekali gak pernah salah.“ sambungnya lagi sambil membuka inbox.
                Lalu ia menatap Mimi lama, menunggu respon dari Mimj.
                “Tapi aku masih belum percaya.“ desah Mimi
                “Aiih...”desah Ortez. Ia terlau lelah dengan semuanya.
                “Tez, disetiap pesannya kok selau ada kata-kata ‘hari-hari bersejarah’? maksudnya apaan ya Tez? Abiz itu, ini lagi yang bikin aku gak ngerti !” ujar Mimi sambil menunjuk kata ‘alat tukar cantik’ dimonitor itu.
                “Emang registrasinya kamu tukar pake apa sih ?kok dia bilang alat tukar cantik segala ? tanya Mimi heran.
                Ortez diammembisu, tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Dan Mimi masih menunggu jawaban dari Ortez. Ia memeggang pundak Ortez, tapi itu semua membuat tangis Ortez pecah.
                “Ayo jawab Tez ! kamu tukar pake apa ? tanya Mimi, kali ini dengan setengah teriak. Teman-temanya kembali melirik kearah mereka lagi.
                Oh tidak... Ortez sudah tak sanggup lagi dengan masalah ini. Ia segera menyandang tas sekolahnya dan berlalu dari hadapan Mimi. Mimi berusha mengejar namun tiba-tiba kilat menyambar langit, ia pun mengurungi niatnya dan menyetop angkot di depannya, berhubung langit begitu mendung dan hujan yang mulai turun.
                Didalam angkot Mimi masih terfikirkan masalah Ortez tadi, kenapa Ortez tidak mau memberi tau alat tukar itu ? sesekali ia melirik keluar, halilintar begitu asyik bergelut dilangit seiiring derasnya hujan turun.
JJ
Dirumahnya, Ortez belum sempat membuka seragam sekolahnya, ia di kejutkan lagi dengan kedap-kedip monitor komputernya. “ aihh... pesan dari situs itu lagi. Kapan berhentyinya sih ?“  desahya.
                Sebenarnya ia tidak begitu tertari lagi dengan isi-isi pesan tersebut, ia ingin tidur saja, namun sesuatu begitu mengganjal diotaknya. Ia begitu penasaran dengan isi pesan yang satu ini. Dibukannya dan di bacanya pesan tersebut perlahan-lahan.
Selamat sore Putri Ortezz
“Ada berita mengejutkan untuk anda!
2 orang terdekat anda akan mengalami
Na’as secara bersama yang di sebabkan
Oleh air,jembatan dan pohon”

Terima kasih telah megikuti situs ini
Tunggu sajalah hari – hari yg bersejarah itu,
Memang sebuah alat tukar yang ‘cantik’
Mami kesabian

“Dan kamu tau kan, sepupu aku Dinda, dia meninggal waktu lagi ngidupin kompor gas dan gasnya meledak. Lalu Deo, yang kecelakaan waktu hujan kencang habis minum – minuman keras? Dan apa sekarang kamu bilang itu cuma takdir?”ronta ortez mengguncang badan Mimi. Teman – teman mereka yang berada di labor elit itu melirik jengkel kearah remaja bersahabat itu.
“Ortez. Hey kamu kenapa kok jadi begini? Kamu dengerin aku yah Tez. Mereka meninggal itu memang karena takdirnya, bukan karena ramalan iseng gak penting itu. Dan kalo memang dia tau, palingan Cuma kebetulan doang.”
“Mimi please sejauh ini kamu bilang Cuma kebetulan?? Mimi, 2 org sodara aku meninggal karna sebab sama persis yang di bilang situs itu. Dan kamu bilang Cuma kebetulan??” nada kesal keluar dari mulut Ortez. Ia menggeser monitor kesamping, agar Mimi dapat melihat pesan – pesan dari situs aneh itu. Ia membuka inboxnya satu per atu, ia melihatkan kebenaran kata – kata situ masih bes itu kepada Mimi.
“Dan kamu tau kan? Pesan-pesan itu selalu benar, sama sekali nggak pernah salah.” Sambungnya lagi sambil terus membuka inboxnya.
Lalu ia menatap Mimi lama, menunggu respon dari Mimi.
“Tapi aku masih belom percaya.” Akhirnya Mimi buka suara.
“Aihhh...” desah Ortez. Ia terlalu lelah dengan semuanya.
“Tez, disetiap pesannya kok pengirimnya selalu menggunakan kata-kata ‘Hari Bersejarah’? maksudnya apaan ya Tez ? abis itu ini lagi yang bikin aku nggak ngerti.” Ujar Mimi sambil menunjuk kata ‘Alat Tukar Cantik’ di monitor itu.
“Emang registrasinya kamu tuker pake apa sih ? kok ampe dibilang alat tukar cantik segala ?” tanya Mimi heran.
Ortez diam membisu. Tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Dan Mimi masih menunggu jawaban daro Ortez. Ia memegang pundak Ortez, yang ternyata malah membuat tangis Ortez kembali pecah.
“Ayo jawab Tez ! kamu tuker pake apa ?” tanya Mimi kali ini dengan setengah teriak. Teman-temannya kembali melirik kearah mereka lagi.
Oh tidak. Ortez sudah tak sanggup lagi dengan masalah ini. Ia segera menyandang tas sekolahnya dn berlalu dari hadapan Mimi. Mimi berusaha mengejar, namun tiba-tiba kilat menyambar langit. Ia pun mengurungi niatnya dan menyetop angkot yang berhenti didepannya, berhubung langit begitu mendung dan hujan yang mulai turun.
Didalam angkot Mimi masih kepikiran masalah Ortez tadi. Kenapa Ortez tidak mau memberi tahu apa sebenarnya alat tukar itu ? sesekali ia melirik keluar. Halilintar begitu asyik bergelut dilangit seiring derasnya hujan yang turun.
J J
Dirumahnya, Ortez belum sempat membuka seragam sekolahnya, ia dikejutkan lagi dengan kedap-kedip monitir komputernya.
                “Aihh.pasti pesan dari situs itu lagi. Kapan berhentinya sih ?” desahnya.
                Sebenarnya ia tidak begitu tertarik lagi dengan isi-isi pesan tersebut, ia ingin tidur saja. Namun ada sesuatu yang begitu mengganjal di otaknya. Ia begitu penasaran dengan isi pesan yang satu ini. Dibukan dan dibacanya pesan tersebut perlahan-lahan.
      Selamat sore Putri Ortezz
        “Ada berita mengejutkan untuk anda!
        2 orang terdekat anda akan mengalami
        Na’as secara bersama yang di ebabkan
        Oleh air, jembatan dan pohon.”

        Terima kasih telah mengikuti situs ini
        Tunggu sajalah hari-hari bersejarah itu
        Memang sebuah alat tukar yang ‘cantik’
        Mami kasabian


                “Shit.....”gerutnya membanting mouse komputernya.
                “Apa lagi ini? Siapa lagi yang ia maksud? Dia sebenarnya siapa? Kenapa dia yag menemukan takdir seseorang? Siapa ahh? Siapa mami kesabian itu?” perang batinnya.
                Tiit..... uhh monitor Ortez mati bersamaan dengan dering telephonerumahnya. Dengan malas Ortez bangkit di tempat duduknya.
                “Siapa lagi ne yang telephone-telephone!?”gumam Ortez mengangkat gagang teephone
                “Ortez?!”desah suara di seberang telephoe.
                “Yahh?”jawab Ortez seadanya.
                “tez inni aku Khiyo, ketua PMI SMA Nagaswara, kamu udah dapat informasi tentang hari ini?
                Eh kamu Yo........ apaan? maaf ya Yo aku lagi ngak mau donorin darah! Aku pusing, ceritanya besok aja yah? Awab Ortez malas.
                “Eh tez tunggu,, bukan itu maksudku Devo Tez... !?
                “Ngapain Devo?”
                “Anu.... De.. devo....”ujar Khiyo dengan terbata-bata.
                “Khiyo..Devo kenapa? Cepatin bilang sama aku!” Ortez mulai penasaran.
                “Devo tez...Devo meninggal. Waktu hujan kencang dia lagi berteduh di bawah pohon dekat sekolah. Truss waktu Devo lagi duduk-duduk itulah petir nyambar tu pohon dan jatuh ngebelah tubuh Devo. Huhu L Tez, kamu yang sabar ya?” isak Khiyo.
                “Apa “? Jangan bercanda!” seru Ortez tidak percaya.
Devo menimggal? secepat itu seru Ortez tidak lagi membayangkan bagaimana bisa itu terjadi sama Devobahkan sampai saat ini, Devo belom tau isi hatinya. Ia belom sempat ngasih tau tentang perasaannya ke cowok ganteng itu. Dan kini...........
                 “ Tez....... kamu ngak papa kan? Tez....... bukan Devo aja!” kata Khiyo lagi.
Mimi Tez........ tadi sepulang sekolah, karena jalanan licin kena ujan, ban angkot yang di tompang Mimi nyelip ke kolong jembatan. Ada yang bisa di selamatkan tapi manusia beruntung itu bukan Mimi Tez. Kamu yang sabar tah?” ujar Khiyo menghibur.
Sekujur tubuh Ortez mulai melemah, gagang telephone di biarkannya jatuh ke lantai. Sekarang baru dia menyesal tidak memberi tahu waktu Mimi tanya tentang situs-situs aneh itu. Andai saja tadi beritahu Mimi kalau registrasi situs aneh aneh ini di tukar pake ‘Nyawa siapapun’. Yupp......... Nyawa siapapun. Dan sekarang siapapun orang yang di dekatnya ketiban nasib malang akibat perbuatannya. Apa yang harus dia sekarang? Lelah.... lemah dan brukk....... semua terasa gelap..... ia ambruk pingsan tak sadarkan diri.
Rintik-rintik hujan yang masuk dalam jendela rumahnya membasahi pipinya. Ia terbangu dan mendapati diri sedang memegang foto Devo. Hujan yang telah membuat cowok idaman dan sahabatnya itu pergi selamanya itu belum juga reda. Dan belum juga dapat mengahapus kesedihan dan rasa kesalahannya.
                Dilemparinya pandangannya ke komputernya. Dan mampaknya montir itu kedap-kedip lagi, seperti ada pesan yang masuk. “Pasti sekarang dia mengirim ku pesan lagi, uh....... apa jangan-jangan dia menertawakan betapa bodohnya aku” batin Ortez. Ia terlalu takut, benci dan marah untuk mendekat apalagi membaca pesan itu. Ia beranjak pergi dan melepaskan lelahnya dengan mandi. Ia berharap gengan caranya keramas dan mandi, segala beban dan pikirannya dapat hilang tentang kematian orang terdekatnya dan ramalan itu. Namuan, ketika ia hendak menghidupkan hairdryernya, tiba-tiba ruangan mandi itu gelap. Ortez berusah mencari stop kontak kamar mandinya itu, namun ruangan itu terang kembali bersama dengan hidupnya monitor. Ia menyempatkan diri untuk membaca pesan tersebut.
Malam Putri Ortez
“Bagaimana ?? Apa anda masih beranggapan
Kalo saya bermain-main dengan kata-kata saya ??
Setelah orang-orang terdekat anda mati, bagaimana
Kalo hal itu juga terjadi pada anda ?? Menarik bukan ??
Bagaimana kalo anda bermain-main dan mati oleh air
Dan benda kesayangan anda sendiri ?? Alat pengering
rambut anda ??

Terima kasih telah mengikuti situs ini.
Bukankah hari bersejarah itu akan berakhir sekarang ?
Terimakasih telah menukar semuanya dengan ‘Nyawa Siapapun’
Benar-benar alat tukar yang cantik bukan ??


                “Ohh siitt....apalagi ini maksudnya ?” gerutu Ortez. Air dari rambut yang basah berjatuhan seiring ditekannya keyboard yang basah itu. Ia mencoba membalas pesan dari situs aneh dan misterius yang selalu gagal dikirimi pesan itu. Namun, tatkala link send hampir dkliknya, komputer itu tiba-tiba mati beserta lampu ruangan itu.
                “Dari tadi lampu pada disko aja ??” ujarnya.
                Dengan rasa menyesal, Ortez kembali keruang mandinya untuk mengambil hairdryer yang tadi sempat dihidupkannya. Ia terkejut tangannya menjatuhkan benda kesayangannya itu kedalam bathup tempat ia mandi tadi. Tiba-tiba ia teringat pesan-pesan dari situs aneh yang sempat ia baca tadi. Ditepisnya pikiran itu. Ia mulai meraba-raba hairdryernya itu kedalam air. Namun sial, tatkala ia sudah berhasil memegang benda kesayangannya itu dan hendak mengeluarkannya dari air, tiba-tiba ruangan itu terang dan ia merasa sekujur tubuhnya dialiri listrik dari hairdryernya itu.
                Lama ia terpaku memegang benda kesayangannya itu, ia jatuh ambruk dilantai kamar mandinya dengan alat pengering rambut kesayangannya. Ia tak bisa berbuat apa-apa, berteriakpun tak mampu. Lemah, begitu juga sakit menyengat yang ia rasa. Lalu monitor di ruangan tengah rumahnya kedap-kedip lagi. Mungkin satu pesan lagi masuk dari situs aneh itu.
               
The end

The Last Day

The Last Day
Kringgg….
Weker  di atas meja dekat dipan berdering lantang membangunkan sosok gadis bertubuh bongsor yang masih tertidur pulas di atas dipan.Berkali – kali dimatikannya weker itu, berkali – kali pula weker tersebut berbunyi. Akhirnya ia mengalah. Bangun dan langsung menuju kamar mandi.
Ayu memulai ritual kecantikannya.Memasang handbody ketubuh mulusnya,memakai deodorant.Ia mengenakan seragam putih abu – abu yang sudah dua tahun ini dikenakannya.
Ini hari pertama Ayu sekolah setelah libur hari raya, ia sudah 2 tahun ini bersekolah di kampung halamannya, kota Padang. Sebelumnya ia tinggal di Bandung dengan kedua orang tuanya. Namun karena papanya dipindah tugaskan ke Padang, jadilah Ayu sekeluarga pindah ke Padang.
“Pagi Mah, Pah.”Sapa Ayu sambil turun dari tangga.
“Pagi sayangg.”Balas kedua orang tuanya.
“Tumben pagi – pagi gini dah bangun ?mimpi apa semalem ?” goda Papahnya. Namun Ayu hanya tersenyum simpul.
“Eh sayang mau kemana ?ga sarapan dulu ?” Tanya Mamahnya heran melihat Ayu yang berjalan ke arah dapur.
Namun Ayu tak menggubris perkataan mamahnya.Ia sibuk mencari – cari Cimout – kucing kesayangannya – di dapur. Setiap sudut ruangan sudah diperiksanya, namun Cimout tidak ditemukan juga. Ayu pasrah, ia berjalan lunglai ke ruang makan.
“Mah, liat Cimout gak ?kok gada di dapur ?” rengek Ayu manja sambil memonyong – monyongkan bibirnya.
“Di luar kali ?” usul papa senyum.
“Udah dicari, tauk. Biar deh, Ayu berangkat dulu yah ?ntar telat. Sampai jumpa Mah, Pah.”Ijin Ayu berlalu.
“Hukss, Ayu bilang apa tadi Pah ?”Tanya mamah kaget. “Gak biasanya loh Pah Ayu ngomong kayak gitu. Mamah takut nih Pah, Ayu aneh, aduhh firasat Mamah ini lo Pah.” Sambung Mamah lagi.
“Udah, udah Mah.Jangan terlalu dipikirin. Ayu kan udah gede. Tenang ya sayang.”Bujuk Papa menenangkan Mama.
Sementara itu diluar Ayu sedang sibuk menunggu angkot yang akan mengantarnya ke sekolah.
“Wadaww, lama banget yah angkotnya ? Bisa telat nih gue. Pantesan gue telat mulu, orang jam segini aja angkot susah  !” ujar Ayu kesal. Akhirnya angkot yang lama ditunggu – tunggu Ayu datang juga.
Didalam sudah dipenuhi oleh anak sekolah lain, terpaksa Ayu bersempit – sempit. Akhirnya Ayu sampai disekolah.Suasana sekolah masih sepi, beberapa orang lalu lalang masuk ke gerbang. Ayu melangkahkan kakinya menuju gerbang, disana ia bertemu dengan Pak Ujang – satpam disekolahnya.
“Pagi Pak.” Sapa Ayu penuh senyum
“Pagi, eh neng Ayu. Tumben jam segini udah datang.” Ujar Pak Ujang menggoda.
“Eh iya dong, kalo ga sekarang kapan lagi coba mau datang pagi ke sekolah ?” tutur Ayu berlalu.
“Yolah neng.”Ujar Pak Ujang sambil membukakan pintu gerbang untuk murid – murid yang baru datang.
Ayu berjalan menuju kelasnya yang terletak paling belakang.Ia menelusuri koridor sekolahnya. Berjalan hati – hati di sekelilingnya.Tiba – tiba dua belah tangan menutup matanya dari arah belakang.
            “Pagi sayang ?”  sapa Bory, pacarnya.
“Pagi juga.” Balas Ayu memamerkan lesung pipitnya.
“Gimana tidur kamu kemaren ?” tanya Bory.
“Enak, nyenyak.”. jawab Ayu memonyong – monyongkan bibirnya manja.
“Uh kamu enak, lah aku ?”
“Mang kamu kenapa ?” tanya Ayu cemas.
“Aku gak bisa tidur kemaren, soalnya aku sibuk mikirin kamu. Kamunya sih yang gak mikirin aku.” Jawab Bory cemberut.
“Ah mulai lagi gombalnya.”
“Hehe sayang, kamu ingatkan sekarang hari apa ?” selidik Bory harap – harap cemas.
“Sekarang ? oh sekarang kan hari Rabu. Hari yang akan sangat melelahkan apalagi entar ada les tambahan lagi waduh..” boong Ayu sambil menyipitkan matanya ke Bory.
Bory terdiam. Lalu ....
“Yaudah deh, aku ke kelas dulu !” wajah lesu Bory mengumpan senyum diwajah Ayu.
“Eitt tunggu, aku becanda. Ih ngambekan deh. Iya, iya sayang. Sekarang tu tanggal 30 September 2009, hari jadian kita yang ke 2 tahun. Gak mungkin aku lupalah.” Bujuk Ayu sambil mengelus – elus tangan kekasihnya itu. Dilihatnya wajah Bory yang memerah dan tersenyum memamerkan deretan rapi dan putih dari giginya.
“Aku punya ini !” ujar Ayu merogoh kantong rok sekolah nya dan memperlihatkan mainan kuci berbentuk hati ke Bory.
“Ini hati aku utuh buat kamu. Dijaga baik – baik. Dan sendainya kita gak bisa bersama lagi, kamu harus cari pengisi hati ini yang lain. Dan berikan aku tempat disisi kain hati ini. Dan biarkan cintaku tak terjamah disana.” Jelas Ayu panjang lebar sambil mengusap – ngusap bagian tengah mainan kunci itu.
“Lih kamu ngomong apaan sih yu ?” gerutu Bory kesal.
“Ya kali aja. Yadeh gak usah dipikirin. Aku ke kelas dulu yah ?”
“Iya, ntar abis les aku jemput yah ? kita ketempat pertam jadian dulu ! oke yah ?” ajak Bory.
“Iya sip.” Ujat Ayu berlalu.
Ayu turun dari angkot yang mengantarkannya menuju tempat les ternama di kota tempat tinggalnya itu. Dilangkahkan kakinya menuju gedung mewah berlantai 2 itu. Namun, ia berhenti di tengah – tengah lapangan guna merogoh kantong rok untuk mengambil hp kesayangannya. Ketika ia mengaktifkan hpnya, dilayar monitor tertera ‘3 messages’ from Bory. Langsung dibacanya pesan tersebut, ketika ia hendak ingin membalas hpnya berbunyi.
“Hallo.” Suara berat diseberang sana memulai.
“Assalamu’alaikum.” Ujar Ayu.
“Hehe, wa’alaikum salamm sayang. Kok hpnya ga aktif sih “
“Iya maaf. Ini baru nyampe di Les. Ada apa ? kangen kah ?” tanya Ayu sambil tersenyum.
“Banget. Ntar jadi yah sayang ?”
“Iya iya. Tapi jangan ampe telat yah ? karena kalo telat dikit aja gak akan bisa lagi.” Tutur Ayu pelan.
“Gak bisa lagi maksudnya ?” tanya Bory heran.
“Yah kali aja ntar Papah jemput.” Jawab Ayu.
“Oh iya yah. Oke oke sayang, tenang aja.”
“Yaudah aku belajar dulu yah ?”
“Sip, yang rajin sayang.” Telpon dimatikan.
Ayu memasukkan kembali hp kedalam sakunya, dan melanjutkan berjalan ke dalam gedung lesnya itu.
Ayu mengusap matanya yang tiba – tiba teras pedih itu. Dadanya sesak. Semua rumus – rumus yang diberikan ms. Oline tak mampu direkam memori otaknya. Ayu tak tahan lagi, segera ia meminta permisi keluar.
Ayu berjalan menuju toilet yang terletak dibelakang gedung lesnya itu. Ia berjalan hati – hati agar tak terkena bangunan yang masih dalam tahap renovasi gedung baru dekat toilet. Ia masuk kedalam toilet dan mengunci rapat pintu toilet. Ia melihat pantulan wajahnya di cermin sambil membayangkan Bory.
“Lagi ngapain yah Bory sekarang ? mikirin aku gak ya ?” bisik Ayu.
Ayu memutar kran air di westafel dan mencuci mukanya. Tiba – tiba saja Ayu merasakan pusing dikepalanya. Agak lama, baru ia tersadar itu gempa tatkala ia mendengar sayup – sayup suara dari luar. Segera ia buka pintu toilet dan ia belari sekencang – kencangnya menuju taman belakang. Namun sayang, kayu bangunan baru yang sedang dalam masa renovasi itu jatuh mengenai pelipis Ayu hingga berdarah. Ayu ambruk, kepalanya pusing. Ia berusaha meminta tolong, namun suaranya begitu pelan.
Seluruh kemampuannya sudah dikerahkan untuk memopong tubuhnya menuju tempat duduk dibawah pohon taman belakang dekat toilet tadi. Susah payah diangkatnya badannya keatas rempat duduk itu. Darah segar masih enggan berhenti mengalir di pelipisnya, bahkan turun ke wajahnya. Ia melihat ke sekeliiing, semua bangunan hampir rata dengan tanah. Ia mencoba lagi berteriak namun tak akan ada yang bisa mendengar.
“Ayu ayu..”
Sayup – sayup Ayu mendengar namanya dari kejauhan. Ia tau itu suara kekasihnya.
“Bory..” isak Ayu.
“Ayu, sayang. Hah berdarah ? sayang kenapa ? tahan bentar yah ?” ujar Bory cemas sambil mengusap darah di wajah Ayu.
“Bory.” Isak Ayu lagi.
“Sayang tenang yah. Aku bakal cari bantuan. Kamu tahan aja dulu.” Ujar Bory beranjak. Namun segera di tahan tangan Ayu.
“Ga usah. Aku udah ga tahan lagi. Sakit banget.”
“Sayang tenang....”
“Gak usah Bory. Mungkin ini udah saatnya aku pergi. Aku mau kamu bener – bener tulus ngerelain aku pergi. Aku gak pengen kamu nangis atas kepergianku.” Isak Ayu.
Tak terasa air mata membasahi pipi Bory. Lama dipandangnya wajah pucat belumuran darah kekasihnya itu.
“Iya sayang, aku janji gak akan nangisin kepergian kamu.” Isak Bory. Air matanya jatuh mengenai wajah Ayu.
“Ayu sayang kamu Bory. Ayu pergi dulu !” ujar Ayu pelan nyaris tak terdengar.
Bory diam, suara maupun isak Ayu tak terdengar lagi. Ia baru sadar bahwa Ayu sudah pergi. Ia hendak menjatuhkan airmata kalau tidak saja ia ingat janjinya untuk Ayu.
“Aku juga sayang kamu Ayu.”
 The end